Sabtu, 29 Maret 2014

Sejarah Berdirinya Partai Nasional Indonesia dan PNI Baru, Latar Belakang, Tujuan, Tokoh, Pergerakan Nasional



 Sejarah PNI

Artikel dan Makalah tentang Sejarah Berdirinya Partai Nasional Indonesia dan PNI Baru, Latar Belakang, Tujuan, Tokoh, Pergerakan Nasional - PNI didirikan di Bandung pada 4 Juli 1924 oleh kaum terpelajar yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Kaum muda terpelajar itu tergabung dalam Algemene Studieclub (Bandung) dan kebanyakan dari mereka adalah mantan anggota Perhimpunan Indonesia yang telah kembali ke tanah air. Keradikalan PNI sudah tampak sejak pertama didirikannya. Ini terlihat dari strategi perjuangannya yang berhaluan nonkooperasi. PNI tidak mau ikut dalam dewan-dewan yang diadakan oleh pemerintah. (Baca juga : Pengaruh Ideologi Baru Terhadap Kesadaran dan Pergerakan Nasionalisme di Indonesia)

Tujuan PNI adalah kemerdekaan Indonesia dan tujuan itu akan dicapai dengan asas “percaya pada diri sendiri”. Artinya: memperbaiki keadaan politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang sudah dirusak oleh penjajahan, dengan kekuatan sendiri. Semua itu akan dicapai melalui berbagai usaha, antara lain:
  1. usaha politik, yaitu dengan cara memperkuat rasa kebangsaan persatuan dan kesatuan. Memajukan pengetahuan sejarah kebangsaan, mempererat kerja sama dengan bangsa-bangsa Asia dan menumpas segala perintang kemerdekaan dan kehidupan politik. Dalam bidang politik, PNI berhasil menghimpun organisasi-organisasi pergerakan lainnya ke dalam satu wadah yang disebut Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia;
  2. usaha ekonomi, yaitu dengan memajukan perdagangan rakyat, kerajinan atau industri kecil, bank-bank, sekolah-sekolah, dan terutama koperasi;
  3. usaha sosial, yaitu dengan memajukan pengajaran yang bersifat nasional, emngurangi pengangguran, mengangkat derajat kaum wanita, meningkatkan transmigrasi dan memperbaiki kesehatan rakyat.
Gerakan PNI dipimpin oleh tokoh-tokoh berbobot, seperti Ir. Soekarno, Mr. Ali Sastroamijoyo, Mr. Sartono, yang berpengaruh luas di berbagai daerah di Indoenesia. Ir. Soekarno dengan keahliannya berpidato, berhasil menggerakkan rakyat sesuai dengan tujuan PNI. Pengaruh PNI juga sangat terasa pada organisasi-organisasi pemuda hingga melahirkan Sumpah Pemuda dan organisasi wanita yang melahirkan Kongres Perempuan di Yogyakarta pada 22 Desember 1928.

Melihat gerakan dan pengaruh PNI yang semakin meluas, pemerintah kolonial menjadi cemas, maka dilontarkanlah bermacam-macam isu untuk menjelekkan PNI. Bahkan kemudian mengancam PNI agar menghentikan kegiatannya. Rupanya Belanda belum puas dengan tindakannya itu, maka PNI pun dituduh akan melakukan pemberontakan. Pemerintah Belanda melakukan penggeledahan dan penangkapan terhadap tokoh-tokoh PNI di seluruh wilayah Indonesia pada 24 Desember 1929.


Akhirnya 4 tokoh teras PNI yaitu: Ir. Soekarno, R. Gatot Mangkoepradja, Markoen Soemadiredja, dan Soepiadinata diadili di Pengadilan Negeri Bandung dan dijatuhi hukuman penjara pada 20 Desember 1930. Peristiwa ini merupakan pukulan besar bagi PNI dan atas inisiatif Mr. Sartono pada Kongres Luar Biasa ke-2 (25 April 1931) PNI dibubarkan.

Kemudian Sartono mendirikan Partai Indonesia (Partindo). Tetapi tindakan ini membawa perpecahan yang mendalam. Ketergantungan pada seorang pemimpin, dikritik habis oleh mereka yang menentang perubahan PNI. Mereka menyebut dirinya “Gerakan Merdeka”, kemudian membentuk partai baru, yaitu Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Baru. Dari sini muncul tokoh baru yaitu Sutan Syahrir (20 tahun) yang waktu itu masih menjadi mahasiswa di Amsterdam. Ia pulang ke Indonesia atas permintaan Moh. Hatta untuk menjadi ketua partai. Walaupun citacita dan haluan kedua partai itu sama, yaitu kemerdekaan dan nonkooperasi, tetapi strategi perjuangannya berbeda. PNI Baru lebih menekankan pentingnya pendidikan kader.

Anda sekarang sudah mengetahui Partai Nasional Indonesia. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Suwito, T. 2009. Sejarah : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 368.



D. Kesimpulan
Untuk mencapai tujuan tersebut maka PNI berasaskan
pada self help, yakni prinsip menolong diri sendiri, artinya memperbaiki keadaan
politik, ekonomi, dan sosial budaya yang telah rusak oleh penjajah dengan kekuatan
sendiri; nonkooperatif, yakni tidak mengadakan kerja sama dengan pemerintah
Belanda; Marhaenisme, yakni mengentaskan massa dari kemiskinan dan
kesengsaraan. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI telah menetapkan program kerja
sebagaimana dijelaskan dalam kongresnya yang pertama di Surabaya pada tahun
1928, seperti berikut.
           
1)      Usaha politik, yakni memperkuat rasa kebangsaan (nasionalisme) dan kesadaran
atas persatuan bangsa Indonesia, memajukan pengetahuan sejarah
kebangsaan, mempererat kerja sama dengan bangsa-bangsa Asia, dan menumpas
segala rintangan bagi kemerdekaan diri dan kehidupan politik. 
    
2)      Usaha ekonomi, yakni memajukan perdagangan pribumi, kerajinan, serta
mendirikan bank-bank dan koperasi.
          3) Usaha sosial, yaitu memajukan pengajaran yang bersifat nasional, meningkatkan derajat kaum wanita, memerangi pengangguran, memajukan transmigrasi, memajukan kesehatan rakyat, antara lain dengan mendirikan poliklinik.
Hukuman terhadap pemimpin PNI ini juga mengandung pengertian bahwa barang siapa melakukan tindakan seperti pemimpin maka itu dapat dituduh melakukan kejahatan dan dapat dijatuhi hukuman. Jadi anggota yang masih meneruskan jejak dan langkah PNI ada dalam bahaya. Oleh karena itu atas pertimbangan ini khususnya dari segi keselamatan maka pengurus besar PNI memutuskan pembubaran PNI pada tahun 1931. Biarpun PNI itu masih muda, tetapi pengaruhnya amatlah besar daripada pengaruh organisasi-organisasi lain.




DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman surjomidharjo,1979.pembinaan bangsa dan masalah historiografi. Jakarta:idayu.

Abeyesekere,Susan.1976.one hund Clapping:Indonesian national ists and the dutch 1939-1942. Clayton:monash papers,no.5.

Adam malik.1970.riwayat plokamasi.jakarta :Wijaya.

Alfian.1989.muhammadiyah Yogyakarta.:Gama press.

Ali Sastroamijoyo.1947.tonggak- tonggak di perjalananku.jakarta:kinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar